Ketemu Tokoh Praktisi Pasar Modal Syariah

Assalamu’alaykum wr wb.

’70 Tahun Indonesia merdeka, tetapi pasar modal Indonesia masih belum merdeka.’

Miris sekali mendengar pernyataan tersebut. Bagaimana tidak, kepemilikan aset-aset bangsa kita ini sebagaian besar ternyata dikuasai investor asing. Orang asing rajin sekali membeli perusahaan-perusahaan di Indonesia atau mendirikan perusahaan di Indonesia, lalu orang Indonesia ke mana? Orang Indonesia malah rajin membeli produk perusahaan-perusahaan tersebut. Itulah yang disampaikan Bapak Irfan selaku Kepala Kantor IDX Perwakilan Yogyakarta pada kesempatan Ketemu Tokoh Senin 30 November. Beliau membuka berbagai fakta menarik seputar potensi Indonesia namun justru tidak menjadi hal yang penting diperhatikan masyarakat pada umumnya. Misalnya potensi demografi Indonesia yang saat ini telah mencapai 240 juta penduduk yang mana di ASEAN terdapat 573 juta penduduk. Ditambah lagi etos kerja orang Indonesia itu dinilai tinggi. Selain itu juga IMF memprediksikan pada tahun 2030 Indonesia masuk ke dalam kategori 5 besar negara dengan ekonomi yang berpengaruh. Maka dari itu sudah banyak orang asing yang mencuri start untuk menanamkan modalnya di Indonesia, melakukan pembebasan tanah, dan menargetkan pekerja-pekerja Indonesia agar bisa dibayar murah.

Pak Irfan memantik bahwa orang Indonesia terkenal akan budaya aktualisasi diri. Ini cerminan dari konsumerisme masyarakat. Gengsi dianggap menjadi sesuatu yang paling penting. Maka lumrah rasanya terus-menerus mengikuti gaya hidup dan belum ada rasa capeknya. Padahal, konsumsi yang berlebihan akan menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat inflasi dan tergerusnya pendapatan serta kemungkinan berujung dengan kebangkrutan.

Apakah pernah terpikirkan ketika membeli berbagai macam barang, kita ingin memiliki perusahaan penghasil barang-barang tersebut sekalian? Hm… masih jarang terlintas di pikiran rupanya. Hal ini dipicu kebanyakan masyarakat Indonesia ketika memiliki kelebihan uang maka lebih memilih untuk konsumsi dengan taraf yang lebih tinggi. Kemudian pengalihan kelebihan uang tersebut di level selanjutnya seperti menabung di bank. Lalu bagaimana dengan pemanfaatan kelebihan uang di level yang lebih tinggi yakni untuk investasi? Kebanyakan akan berpendapat ‘nanti-nanti  dulu setelah kaya baru bisa investasi’.

Jangan salah, peganglah kutipan berikut ‘Tidak perlu kaya untuk mulai berinvestasi, tetapi perlu berinvestasi untuk menjadi kaya’. Mengapa harus berinvestasi? Rata-rata pertumbuhan return Deposito 8%; Emas 14%; Obligasi 9%; Saham 25% sedangkan agar tidak merugi harus melebihi inflasi 6.5 %. Kita bisa melihat bukan, mana yang seharusnya menjadi pilihan?

Selanjutnya supaya audience Ketemu Tokoh tidak bingung bagaimana caranya memulai investasi, Pak Ahya selaku Kepala Kantor PT. Sukorinvest Cabang Yogyakarta memandu bagaimana membuka akun di pasar modal. Ternyata dengan uang 100 ribu rupiah dan ditambah biaya administrasi seperti materai kita bisa memiliki akun tersebut. Ditambah lagi saat ini ada pilihan untuk berinvestasi pada pasar modal syariah yang mana perusahaan yang menjadi pilihan telah memenuhi ketentuan syariat. Hal in tentu saja membuat kita tidak perlu khawatir uang kita terjun ke perusahaan yang tidak memberikan maslahat. Selain itu juga adanya batasan sehingga tidak bisa melakukan transaksi yang dilarang dalam Islam seperti short selling. Ini bisa menjaga kita dari perbuatan spekulasi.

Seiring dengan kemajuan teknologi, kita bisa melakukan transaksi di pasar modal secara online.   Kelebihannya adalah dapat diakses di mana saja, aman, transparan, murah, real time info, dan meminilasir human error. Terutama untuk anak muda yang sangat dekat dengan teknologi akan mendapat bekal pengetahuan yang lebih apabila menjadi investor muda.

Tiap investasi pasti ada risikonya, bagaimana cara mengaturnya adalah filosofi investasi. Tetapi saat  ini lebih berisiko bila tidak memulai investasi. Kapan waktu yang paling tepat untuk berinvestasi? SEKARANG.

Wassalamu’alaykum wr.wb

 

Sulistyawati-Dept. Kajian 2015IMG_20151130_104451

Scroll to Top