Pada tanggal 9—13 Januari 2017, SEF UGM kembali melaksanakan program University Visit (Univis). Destinasi kali ini adalah Chulalongkorn University, salah satu perguruan tinggi terfavorit di Thailand. Tujuan SEF UGM dalam melaksanakan Univis 2017 adalah untuk mengembangkan jaringan dan menambah insight mengenai kehidupan akademik di Thailand.
Di Chulalongkorn University, SEF UGM melakukan kunjungan dan diskusi bersama Centre for Muslim World Policies (CMP), sebuah pusat penelitian di Faculty of Economics yang memiliki tujuan utama untuk mendorong pemahaman yang lebih baik terhadap Muslim dan dunia Islam. Saat ini, CMP sedang menggarap lima puluh buah karya penelitian mengenai Muslim di Thailand dari berbagai aspek.
Tujuh orang delegasi ikut serta dalam University Visit 2017. Ketujuh orang tersebut berinteraksi dan berdiskusi secara langsung dengan dewan komite Centre for Muslim World Policies serta mahasiswa Chulalongkorn University. Mereka terdiri dari Achmad Faizal Azmi (Ketua SEF UGM 2016), Wisnu Wirawan (Wakil Kepala Departemen Eksternal Bidang Kunjungan SEF UGM 2016), Yunita Laras (Wakil Kepala Biro Media SEF UGM 2016), Kenia Ayu Sica Oryziana (Staf Ahli Departemen Eksternal SEF UGM 2016), Shafira Rahma Zahidah (Staf Ahli Departemen Eksternal SEF UGM 2016), Desy Riski Damayanti (Akuntansi 2014), dan Qonita Nazhifa (Staf Departemen Eksternal SEF UGM 2016).
Delegasi Univis 2017 berangkat dari penginapan menuju stasiun Metropolitan Rapid Transit (MRT) Sutthisan sekitar pukul 08.15 WIB. Dari stasiun tersebut, para delegasi menggunakan MRT untuk dapat sampai di stasiun Sam Yan yang berjarak sekitar 550 meter dari Faculty of Economics Chulalongkorn University. Setelah berjalan beberapa saat dan berada di dalam lingkungan Chulalongkorn University, dua anggota dari Centre for Muslim World Policies menjemput para delegasi SEF UGM dan mengantar menuju gedung Faculty of Economics. Di depan gedung tersebut, para delegasi disambut oleh direktur CMP, Assoc. Prof. Isra Sarntisart, Ph.D., beberapa anggota CMP lainnya, serta beberapa mahasiswa Chulalongkorn University.
Dari depan gedung Faculty of Economics, para delegasi diantar menuju ruang pertemuan di lantai 2. Di dalam ruang pertemuan, pihak CMP diwakili oleh Asst. Prof. Manachaya Uruyos, Ph.D. membuka dengan memperkenalkan Chulalongkorn University, Faculty of Economics, dan CMP. Nama Chulalongkorn diambil dari nama raja Thailand yang membentuk sebuah sekolah pada tahun 1871 yang kini menjadi Chulalongkorn University. Miss Uruyos menceritakan bahwa setiap hari di Thailand memiliki warnanya masing-masing. Warna pink adalah warna untuk hari Selasa yang merupakan hari kelahiran Raja Chulalongkorn (Rama V). Itulah mengapa pink adalah warna simbolik Chulalongkorn University.
Sesi dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi. Miss Uruyos yang berkonsentasi pada keuangan Islam menjelaskan bahwa tidak terdapat bank swasta syariah di Thailand. Hanya ada satu bank syariah di Thailand dan bank tersebut didukung oleh pemerintah. Penyebab sedikitnya bank syariah adalah cukup rendahnya perkembangan keuangan Islam di Thailand. Alasan utama dari perkembangan keuangan Islam yang rendah adalah penduduk Thailand yang sembilan puluh persen beragama Buddha sehingga seorang Muslim biasa menggunakan bank pada umumnya, yaitu bank konvensional. Alasan lain yang dipaparkan oleh Miss Uruyos adalah mungkin karena Muslim di Thailand tidak terlalu “strict” sehingga mereka belum merasakan perlunya bank syariah.
Nasib serupa juga terjadi pada sukuk. Hingga saat ini, Thailand belum memiliki sukuk. Namun, berbeda dengan bank syariah dan sukuk, terdapat banyak takaful di Thailand. Bahkan, Miss Uruyos pernah mencoba melakukan penelitian mengenai tingkat efisiensi antara takaful dan asuransi konvensional di Thailand. Sayangnya, data yang didapatkan oleh Miss Uruyos tidak dapat digunakan karena data milik sebuah perusahaan takaful menjadi satu dengan perusahan induknya yang merupakan perusahaan asuransi konvensional. Oleh karena itu, Miss Uruyos memutuskan untuk menggunakan data dari seluruh dunia dan membagi negara-negara di dunia menjadi dua region, yaitu Middle East dan ASEAN. Hasil yang didapatkan adalah rata-rata takaful lebih efisien dibandingkan dengan asuransi konvensional.
Setelah cukup berdiskusi dengan pihak CMP, para delegasi diantar untuk berkeliling oleh beberapa mahasiswa Chulalongkorn University dan berfoto di depan papan nama Faculty of Economics. Tur dilanjutkan dengan berjalan menuju patung Raja Chulalongkorn dan Raja Vajiravudh yang merupakan ikon dari universitas tersebut. Dalam perjalanan menuju ke sana, para delegasi melewati auditorium utama Chulalongkorn University dan lima rain tree atau pohon trembesi yang ditanam oleh Raja Bhumibol Adulyadej. Kunjungan diakhiri dengan berfoto di depan patung Raja Chulalongkorn dan Raja Vajiravudh. Akhirnya para delegasi berpisah dengan mahasiswa Chulalongkorn University untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju Jim Thompson House, sebuah museum yang tak jauh dari sana.