Sabtu, 29 Agustus 2015 — SEF UGM kembali mengadakan 1 SKS dengan pembicara Bhima Yudhistira, Ketua SEF UGM 2010, Kandidat Master in Finance, University of Bradford, UK. 1 SKS kali ini dimulai dengan cerita Mas Bhima mengenai SEF UGM saat beliau menjadi ketua. Beliau mengatakan bahwa saat beliau dan rekan-rekannya menjadi pengurus di SEF UGM, beliau menerapkan pendekatan sosial dalam kepengurusannya, dengan cara berteman akrab kepada anggota-anggota SEF dan organisasi-organisasi lain serta memberikan support kepada organisasi lain dengan cara mengikuti beberapa kegiatan organisasi-organisasi lain tersebut. Walaupun saat itu jumlah anggota SEF tidak sebanyak tahun 2015 ini, tetapi program-program SEF, yang boleh melibatkan pihak luar, ramai diikuti. Salah satu program tersebut adalah KnKei. Beliau juga mengatakan bahwa indikator penting dalam mempermudah proses branding SEF saat beliau menjadi pengurus dan sekarang adalah alumni-alumni SEF yang berprestasi. Selain itu, beliau menyarankan kepada pengurus dan anggota SEF 2015 untuk tidak menabung di bank konvensional karena hal tersebut adalah salah satu langkah konkrit kita sebagai anggota SEF untuk mengembangkan ekonomi islam. Beliau juga berharap kepada SEF 2015 untuk sudah mengetahui hal apa saja yang akan ditempuh saat kepengurusan 2015 ini berakhir dan atau setelah lulus untuk mengembangkan ekonomi islam ini.
Selanjutnya, Mas Bhima menceritakan beberapa pengalaman beliau di UK. Beliau mengatakan bahwa tabungan mahasiswa yang beliau dapat dari University of Bradford tidak memberikan charge berupa trade of interest walaupun tabungan tersebut berasal dari bank konvensional. Hal tersebut mengindikasikan bahwa beberapa praktik ekonomi islam mulai diterapkan dalam bank-bank konvensional di UK walaupun tidak memiliki label atau atribut syariah. Fakta bunga 0 % tersebut adalah sebagai bentuk untuk meningkatkan loyalitas nasabah yang bertujuan untuk profit oriented. Beliau juga menceritakan bahwa beberapa negara di dunia yang menolak ekonomi islam bukan karena membenci Islam-nya, tetapi karena para imigran-imigran Timur Tengah telah mengambil pasar mereka di negara mereka sendiri.
Sebelum sesi tanya-jawab dimulai, Mas Bima memberikan beberapa saran kepada SEF 2015 dalam mengembangkan ekonomi islam di masa depan. Mas Bima mengatakan bahwa anggota SEF dibekali ilmu untuk memperjuangkan ekonomi islam. Oleh karena itu, kita harus memasuki segala sektor-sektor yang ada untuk memperbaikan sistem keuangan di sektor-sektor tersebut menjadi syariah. Beliau menyarankan untuk tidak melakukan hal-hal dekonstruktif berupa melakukan “perang” dengan konvensional, melainkan kita harus mampu men-syariahkan lembaga-lembaga keuangan tersebut tanpa menimbulkan kontradiksi yang berlebihan. Masih banyak orang-orang yang mengalami islamicphobia sehingga penggunaan bahasa yang dapat diterima oleh mereka adalah cara memasarkan ekonomi islam yang efektif. Penggunaan bahasa yang tepat dapat mem-brainwashing mereka untuk menjadikan ekonomi islam sebagai the way of life. Beliau juga berharap bahwa membumikan ekonomi islam bukan hanya untuk profit oriented saja, tetapi juga sebagai sarana dakwah karena itulah salah satu yang membedakan ekonomi islam dengan ekonomi konvensional. Tidak pernah berhenti mengaktualisasikan diri kita dan tidak mudah menghakimi orang lain juga akan membantu kita dalam mendakwahkan ekonomi islam di seluruh dunia. Di sesi penutup Salim yang menjadi moderator menyimpulkan bahwa kita jangan pernah skeptis dan harus tetap menebarkan ekonomi islam dimanapun kita berada serta tidak hanya memandang ekonomi islam sebagai ranah mencari profit tetapi juga sebagai ranah berdakwah.