Jika Anda Menjadi Manajer: Trade off antara Profit dengan Aqidah, Akhlak, dan Moral?

pixabay.com
pixabay.com

Manajer adalah seseorang yang bekerja dengan atau melalui orang lain melalui kegiatan mengoordinasi berbagai aktivitas pekerjaan dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi. Secara teoritis, manajer harus menjalankan fungsi manajemen yang terdiri atas planning, organizing, leading, dan controlling. Dalam menjalankan fungsinya, manajer dapat melakukan berbagai cara untuk mewujudkan tujuan organisasi tersebut seperti mendapatkan profit maksimum. Namun, apabila seorang manajer tidak memiliki pemahaman yang baik terhadap aqidah, akhlak, dan moral, maka manajer tersebut dapat “menghalalkan” berbagai cara dalam menjalankan fungsinya karena manajer bisa saja lebih mengutamakan mendapatkan profit yang maksimum.

Aqidah, akhlak, dan moral terkadang dianggap sebagai hambatan oleh seorang manajer dalam memperoleh profit maksimum.  Sebagai contoh, belakangan ini marak bermunculan acara di televisi yang bertentangan dengan aqidah, akhlak, dan moral yang seharusnya. Pada acara televisi tersebut dipertunjukkan adegan penghinaan, penyiksaan, dan pengejekan antara satu orang dengan yang lainnya. Hal ini  terjadi akibat manajer produksi acara televisi tersebut lebih mengutamakan peningkatan rating dan share daripada aqidah, akhlak, dan moral. Apabila rating dan share meningkat, maka investor dari berbagai perusahaan akan berebut untuk memberikan sponsor dan menayangkan iklannya di acara tersebut sehingga dapat diperoleh profit maksimum.

Peran manajer dalam sebuah perusahaan sangatlah penting karena keputusan yang diambil oleh manajer dapat mempengaruhi kehidupan orang lain. Pada contoh manajer produksi acara televisi, perilaku manajer yang seperti ini akan berdampak negatif karena dapat merusak aqidah, akhlak, dan moral yang telah dimiliki oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, seorang manajer harus dapat menyeimbangkan trade off antara profit dengan aqidah, akhlak, dan moral. Untuk dapat menyeimbangkan trade off tersebut, bukanlah hal yang mudah. Berbagai penolakan dan protes pasti terjadi dari pegawai yang dipimpin olehnya dan investor dari berbagai perusahaan karena dikhawatirkan profit maksimum tidak bisa tercapai.

Ada beberapa cara untuk menyeimbangkan trade off antara profit dengan aqidah, akhlak, dan moral. Pertama, seorang manajer harus dapat berkompromi jika organisasi yang dipimpinnya telah menetapkan bahwa profit adalah yang yang terpenting dibanding aqidah, akhlak, dan moral. Jika manajer tersebut tidak mau berkompromi, maka organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya bisa saja bangkrut atau merugi karena ditinggalkan oleh para pegawai dan investor dari berbagai perusahaan. Meskipun seorang manajer memimpin pegawai yang tidak memiliki pemikiran yang sama dengannya, seorang manajer tetap memiliki power dalam mewujudkan keseimbangan antara profit dengan aqidah, akhlak, dan moral. Seiring dengan berjalannya waktu, manajer dapat menerapkan aqidah, akhlak, dan moral secara perlahan pada setiap kegiatan organisasi yang dipimpinnya. Manajer dapat memberikan contoh dengan selalu berbuat baik walaupun dengan contoh yang kecil.

Jika pemeberian contoh dilakukan secara berkelanjutan, maka akan terjadi perubahan nilai-nilai budaya ke arah yang lebih baik di lingkungan kerja. Para pegawai pun akhirnya memiliki pemahaman yang sama sehingga kini manajer mendapat dukungan dari pegawai untuk menyeimbangkan trade off antara profit dengan aqidah, akhlak, dan moral. Secara perlahan, investor dari berbagai perusahaan pun  tentu saja akan menyesuaikan diri dengan kebijakan yang telah diambil oleh manajer tersebut. Apabila manajer mampu menyeimbangkan trade off tersebut, maka kegiatan yang dipimpinnya akan lebih diridhoi oleh Allah SWT sehingga bisa membawa dampak yang positif bagi masyarakat luas.

Hasil Diskusi Internal

Departemen Kajian SEF UGM 2014

Jumat, 14 Maret 2014

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top